Ada dua pertanyaan yang sering diajukan kepada jomblo. Tanya tentang siapa dan kapan. Sejatinya pertanyaan ini ialah antusias untuk memancing jomblo segera menyempurnakan agamanya. Pula melengkapi ibadah sunnah yang sangat istimewa. Namun bakal menjadi sensitif kalo keseringan ditanya. Bahkan bisa bikin bad mood para jomblo. Sabar ya, Mblo.
Pertanyaan pertama itu ‘udah punya calon belum?’. Bobot pertanyaan tersebut pada intinya menanyakan SIAPA. Iya, siapa calon yang sudah jadi mahkota di hati kita. Setidaknya siapa lawan jenis yang sudah diimpikan buat menjadi kekasih halal. Siapa dia yang sudah dilirik-lirik dalam diam tapi bersuara kencang di palung hati?
Kemudian ada tanya yang lebih nyelekit. Ketika ditimpuki dengan tanya ‘kapan nikah’. Nyeeees. Terlebih bila sudah banyak teman yang menikah duluan. Makin memanasi suasana hati. Itu sih tidak seberapa dibanding dengan ditinggal mantan nikah. Bahkan kata beberapa teman penulis, masih mending ditanya kapan naskah terbit ketimbang ditanya kapan nikah. Ada yang begitu? Hehehe.
Akibat keseringan ditanya ‘kapan nikah’, berefek secara psikologis maunya buru-buru saja. Padahal nikah bukan tentang siapa yang duluan, maka ia yang jadi pemenang. Bukan. Nikah adalah soal kesiapan, sedang setiap orang punya kesiapan yang berbeda-beda. Kesiapan bukan dipandang dari sisi usia. Tersebab betapa banyak anak muda yang belum mapan namun punya mentalitas kuat untuk menikah muda. Jadi soal kesiapan biarlah ditentukan oleh masing-masing kita.
Terus pertanyaan tentang siapa dan kapan, biarlah hanya tanya yang diajukan dari orang lain. bahasanya dunia luar yang tidak bisa kendalikan. Jadi ketika ada tanya yang demikian, ya biasa saja. Seperti kata Stephen Covey jenis pertanyaan model itu selayak lampu merah bagi pengendara kendaraan. Siapapun pengendara tak bisa mengatur arus perubahan tiga lampu di pinggir jalan tersebut. Tugas si pengendara ialah menunggu dalam kesabaran, mengambil ancang-ancang atau memperjuangkannya. Jadi pertanyaan terbaik ialah apa dan bagaimana. Maksudnya?
Iya, ketimbang kita sibuk ngedumel saat ada yang bertanya kapan dan siapa. Munculkan pertanyaan apa dan bagaimana yang sudah kita siapkan untuk menikahi si dia. Dari sisi ibadah, cara jemput rejeki, mengelola finansial, karakter, ilmu agama, ilmu komunikasi dengan pasangan, ilmu memahami karakter, parenting, problem solving, leadership dan seabrek apapun yang harus disiapkan. Karena menikah bukan hanya perayaan sehari dua hari yang mewah saja. Tapi ialah perjalanan panjang untuk menambah pundi-pundi pahala. Yang akhirnya, kita bisa mencetak generasi emas yang unggul, siap bersaing lagi bertakwa.
Jadi sudahlah tak perlu marah pada siapapun yang melempar tanya, kapan nikah dan udah punya calon belum. Karena kamu sudah tau, ada tanya yang lebih penting.
Sumber foto: www.ultraupdates.com