Di dalam dunia cinta, ada istilah cinta dalam hati. Biasanya disingkat CiDaHa. Rasanya istilah itu sudah tak asing lagi. Bahkan untuk mewakili hati secret admirer, Ungu meluncurkan lagu dengan judul demikian. Masih ada yang ingat dengan lagunya?
Mungkin ini memang
Jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmuTelah lama ku pendam perasaan itu
Menunggu hatimu
Menyambut diriku
Tak mengapa bagiku
Cintaimu adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Beeuuuh liriknya ngena banget. Awas loh jadi nostalgia, ingat sama dia lagi. Hehehe. Dari lagu tadi sih, awalnya kelihatan ikhlas banget. Tapi akhirnya gak enak kalo itu lirik diteruskan sampai akhir. Untuk apa kita harus menjaga rasa itu dalam penantian tak pasti. Lucunya berharap rasa yang ada untuk selamanya bersemayam di hati. Bukankah itu hanya sebuah penantian yang sia-sia? Sudah dipendam lama-lama, kalo ujungnya tidak nikah sama dia buat apa. Hanya menyiksa batin saja, membuat warna-warni galau gentayangan di hari-hari kita. Lets change guys!
Coba deh, kalo kamu mau ke Istiqlal misalnya. Buat sampai ke sana, biasanya kamu naik kereta. Maka dari mana pun kamu memulai perjalanan, ujungnya berhenti di stasiun Juanda. Andaikan di tengah perjalanan kamu tahu ternyata kereta sedang ada gangguan. Sedangkan belum ada kepastian kapan keretanya akan berangkat dan tiba di stasiun kamu menanti. Bukankah bisa kita pakai alternatif kendaraan lain? Bisa naik bus Trans Jakarta, Gojek atau lainnya. Itu lebih baik ketimbang buang-buang waktu dalam penantian tak pasti kapan kereta selesai diperbaiki.
Seharusnya dalam hal cinta, mencintai dan dicintai begitu jua. Secerdas kita cari cara lain untuk sampai ke Istiqlal. Secerdas itu pula dalam mencari jodoh. Bila dia belum ada kepastian, apa salahnya mencoba dengan yang pasti? Bukankah yang dicari dari pernikahan ialah ridha Tuhan? Jadi siapapun itu selagi bisa mengundang ridha Allah ke maghligai rumah kita, kenapa tidak diterima?
Nah, terus kalo cinta dalam hati ialah kesia-siaan, bagaimana harus kita mengelola cinta? Cinta yang bagaimana yang benar untuk kita rasai.
Ini yang mau kita bahas, jawabannya ada pada cinta dalam ikhlas. Banyak yang bilang ikhlas itu seajaib Surat Al-Ikhlas itu. Judulnya ikhlas tapi di untaian ayatnya tak ada satu pun kata ikhlas disebutkan. Beda dengan surat yang lain, Surat An-Naas misalnya. Di ayatnya disebutkan kata an-naas. Sedangkan di Surat Al-Ikhlas tak ada, inilah ajaib dan misteriusnya makna ikhlas.
Maka cinta dalam ikhlas jauh berbeda dengan cinta dalam hati. Dimana perbedaannya?
Cinta dalam hati biasanya memendam rasa kagum, suka, cinta kepada seseorang tanpa pernah mengungkapkannya. Tapi beberapa orang terdekat tahu.
Sedangkan cinta dalam ikhlas ialah mengungkapkan perasaan tentang dia kepada Yang Maha Mendengar tanpa tahu siapa orangnya. Orang lain tak akan pernah tahu siapa yang kita cinta, suka dan kagumi.
Cinta dalam hati menyiksa diri, hati dan pikiran pada ketidakpastian. Pula, rasa penasaran selalu menghinggap di jiwa. Lihat saja dari sering stalking akun media sosialnya, cari tahu tentangnya sampai batas waktu tak ditentukan.
Sedangkan cinta dalam ikhlas itu menenangkan hati untuk menerima dan menyerahkan dia kepada Sang Penggenggam rasa. Tak sedikit pun mengizinkan diri, hati dan pikiran mencari tahu kabarnya. Semua diserahkan pada-Nya, utuh!
Cinta dalam hati akan berujung pada kekecewaan dan sakit hati. Kenapa? Karena orang yang selama ini dicintainya tak meresponnya. Bahkan akan sangat menyakitkan ketika ia malah menikah dengan yang lain. Bukan dengan dirimu. Itu karena ada harapan lebih yang disimpan.
Sedangkan cinta dalam ikhlas berakhir bahagia dan indah. Karena menyerahkan segalanya kepada Sang Penentu.
Cinta dalam hati doanya, “Ya Allah, jadikan ia jodohku.” Fokus ke orangnya, bukan ke Allah. Inilah yang disebut mendikte Tuhan tentang urusan hasil.
Bagi cinta dalam ikhlas doanya, “Ya Allah, berikan daku jodoh yang terbaik.” Fokus ke Allah, bukan ke orangnya. Karena sadar soal hasil ialah keputusan mutlak-Nya. Siapapun orangnya pasti yang terbaik.
Terakhir, cinta dalam hati sibuk menyiksa diri dengan angan-angan semu bersamanya. Bagi cinta dalam ikhlas sibuk memperbaiki dirinya. Hingga saatnya sudah tiba, ia siap merajut maghligai cinta.
Seperti lagu Cinta dalam Ikhlas yang Kang Abang gemakan mempesona, begini liriknya menyentuh hati.
Tak mau melepasmu
Tapi ku rela melepas kepada-Nya
Karena ku yakin pilihan-Nya yang terbaik
Jika tak bersatu, Allah kan pilihkan jodoh yang lebih baik
Jadi, sudah siap mencintai dalam ikhlas?
Dia masih ada tapi bukan berarti ia harus menjadi raja di hidup kita. Sebab kita adalah raja dan ratu bagi diri sendiri, tentunya Allah yang pantas dijadikan Raja di atas segala raja.
Sumber Inspirasi: Jodoh Dunia Akhirat, Jodohku Inilah Proposal Nikahku
Sumber gambar: dinauliya.blogspot.com