Mungkin kamu sudah sering membaca tulisan-tulisan kami sebelumnya, kami sering mengatakan pernikahan itu tidak hanya tentang kamu dengan dia. Tidak hanya tentang kita dengan pasangan kita.
Tapi pernikahan juga tentang kamu dengan keluarga dia
Maka dibutuhkan suatu kepahaman bagaimana membangun komunikasi dengan keluarganya dia. Tak sedikit pasangan yang telah menikah tapi masih bingung bagaimana menghadapi berbagai keinginan orang dan mertua yang terkadang keinginan mertua dan orang tua tak sesuai dengan keinginan si anak dan menantu.
Pasangan yang lain tak sedikit juga yang bingung ketika pernikahannya masih di dikte dan diatur-atur oleh orang tua atau mertua, bingung ketika orang tua atau mertu membanding-bandingkan dengan menantu yang lain. Gelisah ketika orang tua atau mertua yang terlalu banyak tuntutan ini dan itu.
Jika tidak bisa menghadapi konflik ini tentu akan berdampak pada keharmonisan rumah tangga, cekcok suami dan istri dan dampak terburuknya tentu adalah perceraian.
Nah, untuk menghadapi yang beginian tentu dibutuhkan sebuah kemampuan bagaimana membangun komunikasi dengan pasangan, bagaimana membangun komunikasi dengan orang tua dan mertua, bagaimana menyelesaikan konflik keluarga.
Standar Nilai
Salah satu hal penting yang mesti dimiliki sebagai modal awal untuk menyerasikan komunikasi adalah “Standar nilai” .Standar nilai adalah nilai utama apa yang dipegang oleh keluarga tersebut. Masing-masing keluarga tentu memiliki standar nilai yang berbeda-beda. Ada keluarga yang menjadikan harta sebagai standar nilainya, sehingga apapun tentang calon pasangan anaknya hingga setelah menikah selalu berbicara tentang harta, ada keluarga yang memiliki standar nilainya adalah adat istiadat sehingga selalu menjadikan adat istiadat yang dianut sebagai parameter utama, ada juga keluarga yang menjadikan standar nilainya adalah kebahagiaan sang anak sehingga keluarga yang seperti ini selalu menjadikan “asal anak bahagia” sebagai parameter utamanya terserah mau menikah dengan siapa dan mau hidup bagaimana asal bahagia. Dan yang terakhir adalah keluarga yang menjadikan agama sebagai standar nilai utamanya, dari keseluruhan standar nilai diatas tentu ini adalah standar nilai terbaik karena menjadikan hukum Allah sebagai standar nilai keluarganya.
Akan tetapi ternyata ada juga keluarga yang tidak memiliki standar nilai, kalau istilah jawanya “nrimo” aja,hehe.
Sebelum menikah, kita harus mengenali dulu apa standar nilai yang dimiliki oleh keluarga kita dan apa standar nilai yang dimiliki oleh calon pasangan kita. Ini juga akan menjadi acuan untuk mengambil keputusan apakah pernikahan itu akan tetap dilanjutkan atau tidak. Inilah salah satu bagian utama dari taaruf.
Ketika standar nilai yang dimiliki sangat berbeda dan tidak bisa atau sangat sulit untuk dikomunikasikan maka akan ada baiknya pernikahannya tidak dilanjutkan karena ini tentu akan berakibat dimasa-masa setelah pernikahan. Jikapun tetap mau melanjutkannya tentu harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk mengkomunikasikannya setelah menikah untuk mengkomunikasikan standar nilai ini.
Akan tetapi jika standar nilai yang dimiliki sepertinya bisa dikomunikasikan dan bicarakan bahkan memiliki standar nilai yang sama, tentu inilah yang menjadi keingingan kita bersama karena akan menjadi modal awal untuk membangun sebuah rumah tangga yang sakinah.
Sebaik-baiknya standar nilai tentu yang menjadikan agama sebagai standar nilai utamanya, sehingga orang yang menjadikan agama sebagai standar nilai utamanya ketika ada konflik atau perbedaan pendapat untuk menyelesaikannya tentu mengacu pada standar nilai yang dimiliki yaitu Alquran dan Hadist sebagai panduan hidup.
“Karena pernikahan bukan hanya tentang kamu dan dia, maka kenali jugalah keluarganya, lingkungannya bukan hanya tentang dirinya saja”
Sumber foto : idepernikahan.com
Agus Ariwibowo
Seorang papa yang sayang anak, suami yang cinta istri. Peduli pada generasi muda Indonesia bahkan dunia. Berjuang dan berkarya melalui tulisan dan lisannya. Kerjasama dan bedah buku SMS/WA 089673653930