“Cinta memang tak se indah kata – kataNamun jauh lebih indah dari itu,
Cinta tak sekadar sandiwara tapi memang nyata,
Kuasanya tak terhingga,
kadang cinta membuat orang berduka,
Tak jarang membuat membuat merana,
Namun di balik semua itu selalu ada canda dan tawa,
selalu ada senyum bahagia”
Pembicaraan yang asyik dan terkadang tidak akan pernah habis adalah ketika bicara cinta, menulis yang begitu renyah dan tak akan pernah kehilangan ide adalah ketika menulis tentang cinta. Kalau kita bicara cinta, maka yang terbayang oleh sahabat semua adalah tentang kegalauan, romantisme, muda-mudi, putus nyambung, kecewa,dan berbagai macam cerita lainnya. Setiap orang punya kisahnya, setiap orang punya ceritanya tentang cinta.
Cinta adalah kata yang bukan kata biasa biasa, ia begitu sederhana disusun oleh 5 huruf, namun dibalik semua itu ada energi luar biasa, ya, cinta adalah energi. Cinta itu misterius dan ketika disuruh mendefinisikan cinta, maka kita seolah menjadi seorang buta yang mendefinisikan seperti apa itu gajah?. Mungkin anda juga sering mendengar kisah ini, ada 3 orang buta yang ditugaskan untuk mendefenisikan seperti apa itu gajah. Orang pertama ia mendekat ke tubuh gajah dan lansung ia pegang, kebetulan yang dipegangnya adalah belalai gajah maka dengan spontak penuh percaya diri ia menceritakan kalau gajah itu tipis dan lebar, orang kedua datang ia mendekat ketubuh gajah kebetulan yang dia pegang adalah kaki gajah secara spontan iapun berujar gajah itu besar dan kokoh seperti tiang. Dan datanglah orang terakhir, karena datang arah belakang gajah ia memang ekor gajah dengan percaya diri ia sampaikan gajah itu kecil dan panjang. Siapakah yang benar? Siapakah yang salah?, tidak ada yang salah semua benar, tapi karena ia buta ia tidak dapat menatapnya dengan sempurna sehingga ia tidak bisa mendefenisikannya secara lengkap.
Bicara cinta itu adalah bicara gejolak jiwa, bicara cinta adalah bicara energi, bicara cinta adalah bicara tentang rasa yang mana hal-hal itu semua tidak bisa diukur, tidak memiliki defenisi yang pasti. Setiap orang punya caranya dalam mengartikannya sesuai dengan apa yang ia rasa. Sementara kegalauan, ini bahasa yang baru trend akhir-akhir ini, kalau boleh saya katakan mungkin kata ini masuk dalam kamus bahasa “alay” hehe, adalah sebuah rasa ketidaknyamanan, kekhawatiran, perasaan tidak menentu, cenat-cenut kata salah satu “laki-laki band” di indonesia, itu defenisi saya tentang kegalauan. Rasa galau bisa tumbuh, bisa hadir dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah kegalauan karena cinta, cinta yang ditolak, cinta bertepuk sebelah tangan, diduaiin, galau karena sms gak dibalas, telpon gak diangkat. Ada yang galaunya karena ini?
Jika anda masih digalaukan oleh hal-hal itu maka saran kami coba baca buku , sementara kegalauan yang lain adalah galau yang berkualitas. Sebagaimana galaunya seorang Muhammad SAW melihat kondisi makkah yang makin hari makin caruk hingga kegalauan itu membawa dirinya untuk ‘uzlah ke gua hira’, Sebagaimana galaunya Nabi Musa AS melihat kondisi kaumnya yang ditindas oleh raja fir’aun yang kejam, sebagaimana galaunya pahlawan sekaligus proklamator kita bung karno dan bung hatta ketika melihat kondisi negeri ini dijajah oleh bangsa asing. Itu semua adalah kegalauan dan ada energi cinta dibalik kegaluan tersebut, sehingga dengan energi cinta tersebut ia bisa bergerak, berjuang mengorbankan harta bahkan jiwanya sendiri.
Buku pun lahir karena kegaluan kami melihat kondisi anak muda hari ini, kami galau belum bisa memberikan banyak kontribusi untuk umat ini maka kami pilihlah ini sebagai sarana menumpahkan segala kegalauan kami, mengerahkan segenap energi cinta kami.
Besar harapan kami setelah membaca tulisan ini, teman-teman bisa meninggalkan kegalaulan-kegalauan cinta yang “cemen” ubahlah menjadi kegalauan-kegalauan yang berkualitas. Berdirilah, tatap lingkungan anda, lihat semua, tentu akan melihat banyak sekali masalah yang mereka rasakan, sekarang ambil salah satu peran untuk mencoba memberikan solusi ditengah-tengah mereka, jadilah bermanfaat. Kami mengambil peran melalui dakwah sosial media dan tulis-menulis, Anda semua tentu bisa mengambil peran sesuai kemampuan anda. Hatta itu hanya sebagai penyapu masjid, menyiapkan makanan untuk yang berjuang dan berdakwah, membantu menyebarkan buletin kebaikan. Dan hal-hal lainnya, lagi-lagi sesuai kemampuanmu dan apa yang anda bisa. Keep Fight!!!